Entah sudah berapa lama jari ini tak
bertemu tuts keyboard. Sampai pada hari ini, akhirnya mereka kembali
melaksanakan tugas mulianya. Dengan diboncengi rasa ragu yang terlalu, rasa
malas yang terlalu tapi juga rindu yang terlalu.

Yang lebih aku suka, aku hanya perlu
mengeluarkan kata dengan suara ketikan keyboard. Dia dan aku dan Tuhan saja
yang tahu bagaimana bunyi tuk-tuk-tuk ini bermakna. Mamak hanya akan dengar ini
suara tuk-tuk-tuk. Hanya itu. Biarpun sekarang (mungkin) selain dia dan aku dan
Tuhan, akan ada lagi yang tahu. Mungkin kamu.
Entah setahun entah lebih. Selama tenggang
waktu itu bukan aku tak mencoba menulis. Banyak sebenarnya yang ingin aku
ketikkan. Tapi ya itu, topiknya cuma satu versinya saja yang beda. Sampai aku
bingung. Jika hendak kubuat bersambung, darimana ceritaku harus dimulai. Tentu saja
dari awal. Sayang, aku tak tahu pasti bagaimana awalan itu. Tiba-tiba di tengah
(jalan). Sadar kalau di sekelilingku kendaraan seliweran, depan-belakang-samping.
Apalagi yang mau aku lakukan kalau bukan stuck di situ. GAK NULIS APA-APA.
“Karena
Menulis Bukan Hanya Tugas Jari”
Ada
otak yang jadi penggerak. Ada hati yang jadi desainer sekaligus perusuh.
Kerjasama
yang tak selalu harmonis. Malah belakangan ini, keduanya (otak dan hati)
sikut-sikutan dengan tidak tahu sopan santun. Mereka kira sedang ribut dimana
mereka. Disini, gue !
Lalu
aku berniat baik hari ini. Kupertemukan mereka dalam tulisan ini. Biar mereka
ingat bagaimana caranya kerjasama. Meski tak serukun dulu, setidaknya mereka
tak lagi sikut-sikutan.
Dan sepertinya jari tahu, sebaik apa
kerjasama otak dan hati hari ini.
No comments:
Post a Comment